Kisah Somayeh dan Rana
Kisah Somayeh dan Rana: Tragedi yang Menggugah Dunia dan Memantik Seruan Perlindungan
Pada tahun 2011, sebuah kasus kekerasan dalam rumah tangga di Iran mengguncang perhatian dunia. Korbannya adalah Somayeh Mehri, seorang perempuan muda asal kota Esfahan, dan putrinya yang masih berusia tiga tahun, Rana Afghanipour. Setelah bertahun-tahun mengalami kontrol dan ancaman dari suaminya, Somayeh memutuskan untuk pergi dan mencari perlindungan di rumah ayahnya. Namun, keputusan itu membuat sang suami merasa kehilangan kendali dan memicu tindakan balas dendam yang brutal.
Tulis juga kisahmu, atau apasaja DISINI
Pada suatu malam di bulan Juni 2011, saat Somayeh dan Rana sedang berada di rumah keluarga, sang suami menyerang mereka dengan air keras. Serangan itu menyebabkan Somayeh buta total, mengalami luka bakar parah, dan kehilangan sebagian besar fungsi wajahnya. Rana, yang masih sangat kecil, mengalami luka bakar di wajah dan kehilangan sebagian penglihatannya. Serangan tersebut membuat keluarga dan warga setempat terpukul, dan kasusnya segera menarik perhatian publik Iran.
Ayah Somayeh menjual hampir seluruh harta bendanya untuk membiayai operasi darurat dan perawatan medis mereka di Iran. Kondisi Somayeh sangat kritis sehingga ia harus menjalani banyak operasi rekonstruksi. Foto-foto Somayeh yang mencium Rana—diambil dalam suasana perawatan rumah sakit—menjadi simbol kepedihan dan keberanian. Gambar itu menyebar luas ke media internasional dan memicu diskusi tentang maraknya kekerasan berbasis gender di Iran dan negara lain.
Setelah kasus mereka diberitakan secara global oleh media seperti BBC, AFP, dan Al Jazeera, banyak organisasi hak perempuan dan relawan internasional menawarkan bantuan. Respons publik yang besar membuat isu kekerasan dalam rumah tangga, penggunaan air keras sebagai senjata, dan kurangnya perlindungan hukum bagi perempuan kembali menjadi sorotan pemerintah Iran.
Kisah Somayeh dan Rana kemudian menjadi salah satu contoh paling dikenal tentang bagaimana kekerasan yang terjadi dalam lingkup keluarga dapat membawa dampak luas. Meskipun mereka tidak memilih penderitaan itu, keberanian mereka mendorong peningkatan kesadaran global dan seruan untuk reformasi hukum. Hingga kini, kisah mereka tetap menjadi pengingat bahwa kekerasan tumbuh dalam diam, dan perubahan baru terjadi ketika masyarakat berani melihat, mendengar, dan berbicara.
Sumber: BBC News, AFP, Al Jazeera, Human Rights Watch, Iran Human Rights (2011–2012).
